Hari ini, Tanggal 20 Agustus bertepatan dengan Dies Natalis Universitas Sumatera Utara (USU) ke-57, puluhan mahasiswa USU yang tergabung dalam aliansi ALPAMAS USU (Aliansi Perjuangan Mahasiswa USU) yang beranggotakan FMN, SGC, KDAS, IMADIP, IME, dan IMIKS melakukan aksi massa. Aksi mengusung tema umum “Wujudkan Kampus yang Demokratis, Ilmiah, dan Mengabdi pada Rakyat”, salah satu tuntutan pokoknya adalah Penurunan Biaya Kuliah dan Menolak Pungutan Biaya Almamater.
Sekitar 20 massa aksi memulai aksinya menuju auditorium ke tempat Dies natalis berlangsung sambil membagi selebaran, yel-yel dan lagu-lagu perjuangan. Massa berkehendak menyampaikan tuntutannya kepada Prof. DR. Chairuddin Lubis, namun saat menuju pintu utama, massa aksi dihadang oleh aparat keamanan. Perwakilan massa berusaha untuk melakukan negosiasi pada aparat, namun upaya baik dari massa aksi malah disambut dengan provokasi. Aparat yang anti-Dialog tersebut membentak agar demonstrasi segera bubar Bahkan toa pengeras suara milik massa aksi pun dirampas. Massa aksi tetap bertahan namun segera direpresif oleh aparat keamanan yang terus melakukan provokasi, bahkan 2 diantara peserta aksi dikeroyok dan dituduh maling.
Demonstrasi masih terus berlanjut, yel-yel, lagu perjuangan dan orasi terus berkumandang, namun aparat terus melakukan provokasi. Beberapa perlengkapan aksi lainnya, seperti bendera dan poster menjadi sasaran perampasan aparat keamanan. Puluhan aparat keamanan tersebut kemudian mendorong massa aksi dan berusaha membubarkan, namun massa terus bertahan. Kemudian aparat melakukan pemukulan, menampar dan menginjak massa aksi, 5 orang diantaranya anggota FMN. Meskipun betapa tidak manusiawinya aparat kemanan dalam menanggapi aksi massa ALPAMAS USU, massa aksi tetap bertahan dan terus melakukan kampanye anti kekerasan, intimidasi serta mendesak untuk pada pihak rector untuk menurunkan biaya kuliah dan menolak pungutan biaya almameter.
Peristiwa di USU bukanlah kali pertama catatan aparat kemanan melakukan tindakan represif terhadap aksi-aksi protes rakyat. Sebelumnya aparat kemanan juga merepresif aksi protes mahasiswa di UIN Syarif Hidyatullah, Mahasiswa UI di depan DPR RI, Aksi protes petani di Takalar Sulawesi Selatan, Aksi protes petani Tapanuli Tengah, dll. Tindakan represifitas terhadap rakyat menunjukkan watak asli dari rezim yang anti rakyat. Rezim pengabdi setia kepentingan borjuasi besar komprador dan tuan tanah di dalam negeri. Rezim yang tak mungkin iba dengan segala kesengsaraan rakyat, karena mereka menari-nari diatas penderitaan rakyat.
Atas dasar pandangan tersebut, kami dari Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional (PP-FMN) menyatakan sikap :
Hentikan tindakan represifitas aparat kemanan terhadap aksi-aksi rakyat.
Realisasikan tuntutan penurunan biaya kuliah dan penolakan pungutan biaya almameter yang diajukan oleh ALPAMAS USU.
Hentikan komersialisasi pendidikan.
Kami juga mengajak seluruh lapisan masyarakat dan seluruh gerakan rakyat untuk terus berjuang merebut hak-hak demokratis rakyat.
Jakarta, 21 Agustus 2009
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (PP-FMN)
Nur Shohib Anshary
Sekretaris Jenderal
HENTIKAN REPRESIFITAS TERHADAP MAHASISWA
Dunia pendidikan kembali tercoreng , tindakan kritis mahasiswa ataupun aksi-aksi mahasiswa dibalas dengan represifitas baik dalam bentuk kekerasan ataupun psikologis (ancaman DO, skorsing dan nilai jelek). Apa yang pernah menimpa kawan-kawan STAIBU Jombang yang dipecat dari kampus, 3 orang massa aksi yang sempat diancam DO karena turut memperjuangkan penolakan kenaikan biaya SPP di UNRAM, pemboikotan terhadap acara musik untuk pendidikan Unsat Jakarta, pembubaran dengan kekerasan terhadap aksi mahasiswa menolak kenaikan biaya SPP di UNSRI Palembang, pembubaran terhadap aksi memperingati dies natalis UGM dan Unibraw, hingga kasus kematian yang menimpa mahasiswa IKIP Mataram, M Ridwan, cukup menjadi fakta bahwa upaya mahasiswa dalam memperjuangkan hak-hak demokratisnya di kampus masih mendapatkan tekanan represifitas dari pihak kampus. Jika represifitas terhadap mahasiswa terus terjadi, maka mahasiswa akan kembali lagi di zaman NKK/BKK di mana mahasiswa dipaksa bungkam dalam melakukan aktifitas-aktifitas ilmiah, kritis dan berorganisasi didalam kampus Mahasiswa datang ke kampus untuk menuntut ilmu dan mendapatkan hak yang memang seharusnya didapatkan. Jika direpresif, maka pihak kampus telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia sebagaimana yang telah di atur dalam Piagam HAM PBB tentang hak untuk hidup bebas dari rasa takut. Peringatan Dies Natalis USU ke 57 yang kita respon dengan untjuk rasa damai, berakhir dengan represifitas yang dilakukan oleh birokrasi kampus yang tidak bertanggung-jawab melalui pihak keamanan kampus. Aksi damai yang mengungkap tuntutan tentang realita kampus yang sangat minim fasilitas di sebagian besar fakultas maupun jurusan dibungkam dengan kekerasan terhadap massa aksi hanya demi menyembunyikan kebusukan dan kebobrokan kampus yang jauh dari keberpihakan terhadap mahasiswa. Perusakan Alat pengeras suara aksi, pemukulan, menuduh massa aksi bukan mahasiswa USU, perusuh, dituduh aksi bayaran, dituduh maling dan dikeroyok, provokator dan lain sebagainya, adalah alasan yang sangat tidak mendasar untuk membubarkan dan melakukan tindakan ala premanisme yang ke kanak-kanakan. Sementara aksi jelas memiliki pimpinan yang bertanggung jawab, bendera organisasi yang merupakan simbol dan wadah sebagai alat perjuangan turut disita dan kemudian tidak diakui oleh keamanan kampus keberadaannya. Untuk itu, kami dari ALPAMAS (Aliansi Perjuangan Mahasiswa ) USU, mengutuk tindakan semena-mena dari birokrasi kampus melalui kaki tangannya dan tetap menuntut: 1. Cabut Undang-Undang BHP (Badan Hukum Pendidikan) 2. Penurunan biaya pendidikan dan pemenuhan fasilitas pendidikan sesuai dengan anggaran pendidikan APBN/APBD 3. Jaminan lapangan pekerjaan 4. Kebebasan berpendapat,berekspresi,berorganisasi di dalam kampus 5. Penolakan pungutan biaya jaket Almamater diluar DKM 6. Kesejahteraan tenaga pengajar dan karyawan di kampus 7. Berantas segala bentuk pungutan liar (pungli) di dalam kampus 8. Libatkan mahasiswa secara menyeluruh dalam mengambil kebijakan dalam kampus 9. Transparansi pengelolaan dana operasional kampus 10. Menolak rencana kenaikan uang SPP Demikian pernyataan sikap kami dari ALPAMAS-USU (Aliansi Perjuangan mahasiswa USU) dalam merespon Dies Natalis USU KE-57 dan menyerukan kepada mahasiswa USU untuk tetap memperjuangkan hak-hak demokratisnya serta melawan segala bentuk penindasan dan kekerasan didalam kampus, bersama dengan seluruh mahasiswa USU dan rakyat Indonesia yang ingin bebas dari segala bentuk penindasan dan memperjuangkan hak-hak demokratisnya.
Ditengah masyarakat SJSF, Feodalisme menemukan bentuk baru
Feodalisme intinya adalah monopoli penguasaan tanah dan alat kerjanya berada di tangan tuan tanah, mereka tidak berpartisipasi dalam produksi karena mempekerjakan buruh tani, petani miskin dan petani sedang bawah, akan tetapi keuntungan terbesar hasil produksi diambil oleh mereka untuk keperluan hidupnya. Mereka menindas para pekerja dengan cara bagi hasil (maro, mrapat, mretelu), dan juga menggunakan sistem borongan dan upah yang sangat rendah. Meskipun sistem dunia hari ini adalah dominasi kapitalisme, akan tetapi di Indonesia perkembangan kapitalisme hingga imperialisme sebagai bentuk perkembangannya yang paling akhir, feodalime di Indonesia menjadi basis sosial yang membuat imperialis berdominasi. Feodalime telah membantu imperialisme sehingga dapat mengambil tanah rakyat dengan mudah, mobilisasi tenaga kerja murah dan memperoleh bahan mentah untuk kepentingan industri kapitalis dengan murah dan melimpah. Betul bahwa di Indonesia kepemilikan tanah perseorangan yang sangat luas oleh tuan tanah, secara kwantitas tidak lagi sebesar zaman VOC atau Sistem Tanam Paksa, di mana para bangsawan dan tuan tanah desa masih sangat berdominasi. Akan tetapi data hari ini menunjukkan bahwa penguasaan tanah masih terkonsentrasi pada: pengusaha-pengusaha perkebunan negara maupun perseorangan, di tangan institusi militer, di tangan pengusaha-pengusaha pemegang HPH secara korupsi, kolusi dan nepotisme, ditangan pemodal yang mengkonsolidasikan tanah petani dengan cara sewa dan kontrak jangka panjang, di tangan perseorangan pemegang hak absentee, tuan tanah desa penguasa tanah luas di luar batas maksimum menurut Undang-Undang Agraria 1960, dan semua tuan tanah pemilik tanah luas dan tidak berpartisipasi (mempekerjakan orang lain) dalam produksi akan tetapi mengeruk keuntungan yang besar dan bergantung hidupnya dari penguasaan tanah tersebut. Mereka adalah kaum yang kemudian disebut tuan tanah dalam kenyataan hari ini, pada zaman setengah feodal, di bawah dominasi imperialisme. Demikian pula klas-klas parasit lain yang mengikuti setengah feodal ini juga masih banyak kita jumpai mereka adalah: Para lintah darat (bank perkreditan) yang meminjamkan uang dengan bunga yang mencekik leher petani, Tukang Ijon dan tengkulak besar yang pada hakekatnya borjuasi komprador dan tuan tanah (penebas dan pengepul besar) yang memainkan harga hasil produksi petani. Benar bahwa, sistem feodalisme telah didisintegrasikan, namun sistem kapitalisme tidak dapat mendominasi secara penuh. Dalam sistem setengah feodal, ekonomi mencukupi kebutuhan sendiri (nilai guna) tidak terlalu mendominasi bahkan telah dihapuskan, karena produksi pertanian dari petani diorientasikan untuk di perjual belikan atau di orientasi untuk pasar. Artinya ditengah masyarakat setengah feodal, kaum tani tidak hanya menanam tanaman pangan untuk kebutuhan substansi mereka mereka tetapi juga tanaman untuk memenuhi kebutuhan pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar dunia. Sistem setengah feodal muncul akibat dominasi dari Imperialisme dalam masyarakat feodal lama. Imperialisme tidak menghancurkan masyarakat feodal lama menjadi sistem kapitalisme, Karena imperialisme hanya mem-butuhkan bahan mentah yang melimpah, tenaga produksi yang murah dan luasnya pasar bagi produk mereka. #### “ Data hari ini menunjukkan bahwa penguasaan tanah masih terkonsentrasi pada: pengusaha-pengusaha perkebunan negara maupun perseorangan, di tangan institusi militer, di tangan pengusaha-pengusaha pemegang HPH secara korupsi, kolusi dan nepotisme, ditangan pemodal yang mengkonsolidasikan tanah petani dengan cara sewa dan kontrak jangka panjang, di tangan perseorangan pemegang hak absentee, tuan tanah desa penguasa tanah luas di luar batas maksimum menurut Undang-Undang Agraria 1960, ”
Setengah Feodal
Sistem setengah feodal muncul akibat dominasi dari imperialisme dalam masyarakat feodal lama. Imperialisme tidak menghancurkan masyarakat feodal lama menjadi sistem kapitalisme, karena imperialisme hanya membutuhkan bahan mentah yang melimpah, tenaga produksi yang murah dan luasnya pasar bagi produk merekaDi pedesaan kapital berwujud sebagai riba dan perdagangan produk pertanian atau bahan mentah. Di dalam setengah feodal tidak terdapat industri dasar (basic industry). Industri yang ada adalah manufaktur, perakitan, pengepakan yang berorientasi ekspor. Secara nasional industri sangat bergantung pada impor akan tekonologi dan mesin produksi yang maju. Perdagangan didominasi oleh para borjuis besar komprador, dengan konsentrasi pada ekspor produk pertanian, bahan mentah, dan produk hasil manufaktur. Persoalan tanah (secara umum agraria) adalah masalah utama masyarakat sistem ini. Elemen kelas penguasa setengah feodal, yaitu tuan tanah dan sebagian tani kaya masih menggunakan cara berpikir feodal dalam mengakumulasi kekayaan. Kalau mereka mempunyai pendapatan yang berlebih digunakan untuk memiliki atau menguasai tanah yang lebih luas, karena kemampuan mereka berusaha di luar pertanian sangat kecil. Walaupun sebagian ada yang menanamkan saham pada sektor perdagangan untuk menjadi borjuasi besar komprador. Imperialisme di Indonesia pernah melakukan liberalisasi tanah di tahun 1870 yang mengatur tentang kepemilikan partikelir. Namun hal tersebut tetap tidak merubah struktur sistem feodalisme di Indonesia karena tetap saja ada monopoli penguasaan dan pemilikan tanah yang mempertahankan masyarakat feodal lama dan hubungan penindasannya. Sewa tanah bukan merupakan profit atau laba yang didapat tuan tanah dari produksi pertanian. Karena di dalam produksi pertanian sistem feodalisme tanah bukan merupakan kapital, dan tuan tanah memperoleh sewa tanah dari produk lebih (surplus product) pertanian yang dikerjakan oleh petani secara cuma-cuma dan tanpa bekerja (petani yang bekerja mendapat hasil produksi, namun sebagian besar hasil panennya untuk tuan tanah feodal). Tuan tanah tidak perlu menanam modal dan berpartisipasi langsung dalam produksi namun akan mendapat bagian yang besar dalam produksi pertanian. Sewa tanah adalah pajak yang secara paksa ditetapkan oleh tuan tanah feodal karena monopoli penguasaan tanah tanpa kapital. Tanah berbeda dengan mesin produksi dalam sistem kapitalisme, karena mesin ketika dioperasikan oleh kelas proletar sanggup memproduksi barang yang menambah nilai baru dari kapital tersebut dan dan berkembang maju. Sedangkan tanah adalah sasaran kerja yang statis perkembangannya dan tidak akan bernilai baru walaupun telah dikerjakan oleh petani. Tuan tanah feodal memperluas penguasaan tanahnya melalui perampasan tanah (land grabbing) yang sebagian besar metodenya adalah kekerasan dan pemaksaan oleh alat kelasnya, yaitu mesin-mesin negara reaksioner. Karena adanya monopoli tanah, maka tanah menjadi terbatas dan menjadi komoditi di pasar. Monopoli tanah, sewa tanah, dan harga tanah menghambat produksi walaupun dalam masyarakat kapitalis. Di dalam sistem setengah feodal terdapat pertanian atau perkebunan yang dikelola secara hubungan produksi feodal dan ada pula yang secara hubungan produksi kapitalis. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan tipe sewa tanah. Perbedaannya adalah bila sewa tanah feodal berbasis pada hubungan poduksi feodal, bentuk utamanya adalah produk lebih dalam sistem feodalisme, dan diproduksi tanpa investasi. Sedangkan dalam sewa tanah kapitalis adalah berbasis hubungan produksi kapitalis, hanya sebagian dari nilai lebih dan kuantitasnya ditentukan oleh laba, dapat diekstraksi (diperoleh secara berlebihan melalui penghisapan) dari penggunaan kapital dalam produksi. Maka dalam sewa tanah kapitalis, produksi selalu dipaksa untuk ditingkatkan agar mereka dapat mengutip pajak yang tinggi dari pertani atau buruh tani yang bekerja.***
Imperialisme adalah tahapan tertinggi dan yang terakhir dari sejarah perkembangan kapitalisme. Karena setelah Abad ke-20, monopoli mendominasi segi-segi ekonomi dan politik di dalam masyarakat secara utuh di negara-negara kapitalis besar. Alat-alat produksi maupun kapital uang dikontrol oleh segelintir kapitalis monopoli. Penguasaan dari kedua hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan oleh industri. Dominasi ini adalah lonceng kematian bagi sistem kapitalis yang menguasai seluruh dunia.
Adalah sebuah keharusan bagi kita untuk mempelajari karakter dari imperialisme agar kita mengetahui bagaimana caranya kita menghancurkannya dalam Revolusi Proletariat Dunia dan Revolusi Nasional kita.
A.LIMA KARAKTER IMPERIALISME
1. Konsentrasi Produksi dan Monopoli
Konsentrasi produksi dan monopoli terjadi melalui perkembangan dan pembangunan industri yang berlangsung cepat, sehingga terjadi penumpukan kapital di tangan segelintir kapitalis. Ini adalah proses bagaimana dominasi dan monopoli produksi terjadi dalam masyarakat. Konsentrasi produksi adalah hasil dari persaingan bebas dan penumpukan modal (utamanya modal mesin produksi, bahan mentah, dan peralatan produksi lainnya). Dalam waktu krisis, proses ini akan semakin cepat berlangsung. Karena banyak kapitalis kecil yang tersingkir atau hancur, dan segelintir kapitalis besar akan semakin menggurita. Monopoli akan menggantikan persaingan bebas dan mendominasi produksi dengan total (artinya juga mendominasi masyarakat). Perkembangan produksi yang cepat mendorong konsentrasi kapital. Industri besar dengan mesin dan teknologi maju dan memproduksi dalam skala yang besar adalah industri yang paling tepat untuk keberadaan monopoli. Konesntrasi produksi dan monopoli akan terjadi melalui berbagai jalan:
a.Perjanjian tentang harga dan penjualan yang tidak konsisten, dan berbasis pada konsensus dan pemenuhan sukarela dari mereka yang membuat produk.
b.Firma kartel dan asosiasi para monopolis.
c.Konzern atau perusahaan induk (holding company).
d.Merger, dengan berbagai jalan, yaitu: menjadi anggota dalam cabang industri yang sama, hanya terlibat dalam berbagai pemrosesan bahan mentah, produsen untuk bahan mentah dan perantara bagi produk tertentu, terlibat dalam berbagai lini produksi namun berada di bawah satu korporasi.
Selama waktu persaingan bebas, tipe dari sebuah perusahaan adalah “murni”, maksudnya adalah perusahaan tersebut hanya memproduksi satu jenis produk. Akan tetapi selama masa imperialisme, mereka tidak lagi memproduksi satu jenis produk. Karena para kapitalis monopoli ingin menjaga rata-rata keuntungan yang stabil melalui menurun atau (bila tidak) memindahkan pertukaran dalam perdagangan. Walaupun dia mendikte pasar tapi juga harus melakukan aktivitas tersebut untuk memastikan dan menjamin mereka dapat memenangkan persaingan di antara perusahaan yang melakukan merger. Di sini pembangunan teknologi mungkin untuk diakumulasi. Sehingga pendapatan yang lebih besar juga diperoleh di samping pendapatan umum yang biasa yang diperoleh. Ini yang memperkuat posisi mereka dalam krisis.
Monopoli dapat dengan sangat menentukan mendominasi seluruh perekonomian, karena sebagian besar kapital industri dan produksi terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan besar atau kelompok kecil dari para kapitalis. Ada tiga tahap bagaimana monopoli tumbuh dari persaingan bebas, yaitu:
§1860-1870, puncak dari persaingan bebas di negara kapitalis pada saat revolusi industri yang dimulai dari Inggris.
§1873-1890, periode transisi di mana banyak perusahaan dan kapitalis kecil yang mulai runtuh dan merger atau diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.
§1900-1903, krisis yang semakin membuat kapitalis kecil runtuh dan dimulainya monopoli.
Kapitalisme monopoli menjadi fondasi dari sistem kapitalisme di negeri kapitalis. Contoh: Di dekade 80-an, 500 perusahaan terbesar Amerika Serikat menguasai 15% dari seluruh industri, memperkerjakan 68% buruh, mengendalikan 60% dari total penjualan, dan mendapatkan 71% dari keuntungan di seluruh dunia.
Monopoli di samping menggabungkan berbagai kapitalis dan perusahaannya, dia juga menghancurkan mereka. Contoh: Di tahun 1955, terdapat 500 perusahaan terbesar di dunia. Tahun 1986, 186 dari perusahaan-perusahaan tersebut telah dibeli. Sedangkan 262 dari perusahaan tersebut membeli 4.500 perusahaan yang lain. Artinya dari 500 perusahaan terbesar di dunia pada tahun 1955, pada perkembangannya menjadi 186 perusahaan dicaplok atau hancur dan di lain pihak 262 perusahaan besar yang lainnya tumbuh semakin kuat dan menguasai perekonomian dunia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an adalah era megamerger. Total nilai merger dan pembelian perusahaan oleh perusahaan besar Amerika Serikat adalah sebagai berikut: 1975 senilai 12 Milyar Dollar Amerika Serikat, 1981 senilai 83 Milyar Dollar Amerika Serikat, 1985 senilai 200 Milyar Dollar Amerika Serikat.
Akibat dari dominasi monopoli industri adalah mereka mengendalikan sumber-sumber bahan mentah, produksi, harga dan pasar, teknologi, ketrampilan produksi, dan pembagian laba. Bahkan perkembangan terkininya adalah mengendalikan persediaan dan membuat monopoli dalam harga. Proses penghisapan laba super yang lebih besar mereka dapat dari buruh dan kapitalis kecil, bila dalam proses mengeruk laba super mendapat ganjalan akan menggunakan jalan kekerasan dan memperkuat dominasinya di dalam sprastruktur (ini yang membuat banyak perang). Kontradiksi yang demikian yang akan membuat krisis semakin menghebat di era imperialisme.
2. Kapital Finans (Uang) dan Oligarki Keuangan
a.Kapital Uang
Selama masa persaingan bebas, bank hanya mediator dalam penjualan dan pertukaran produk. Bank mengumpulkan pendapatan (uang) dari para kapitalis dan Rakyat pada umumnya, peranannya pasif. Namun dalam era imperialisme, uang yang masuk didistribusikan oleh bank melalui pinjaman sehingga dia mulai masuk dalam kegiatan produksi. Peranan bank menjadi sangat dibutuhkan oleh kapitalis, karena bank juga dapat digunakan untuk menambah kapital. Di sini peran bank yang dibentuk oleh kapitalis menjadi aktif (bahkan kapitalis juga membangun bank-nya sendiri untuk semakin banyak mengeruk keuntungan).
Selama masa persaingan bebas, bank dapat laba dari bunga pinjaman kapitalis. Proses ini yang membuat uang menjadi aktif. Dalam masa imperialisme, bank tidak hanya dapat laba dari bunga pinjaman, namun laba tersebut digunakannya lebih lanjut untuk investasi (menanamkan modal pada kegiatan produksi). Dalam beberapa kasus pemilik bank juga seorang kapitalis produksi (atau sebaliknya), ini yang memudahkan mereka bekerja sama dalam melakukan penanaman kapital.
Produksi dan keuangan punya hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, karenanya banyak kapitalis industri yang membangun korporasi keuangan (bank) sendiri.
Dalam masa krisis dewasa ini di negara terjajah atau setengah jajahan, bantuan negara imperialis atau lembaga-lembaga imperialis akan ditujukan pada sektor keuangan, karena imperialisme butuh alat untuk mendistribusikan kapital dengan cepat (bank adalah pilihan utamanya). Tak heran di Indonesia, program bantuan IMF utamanya ditujukan pada rekapitalisasi perbankan.
Contoh: Di tahun 1980 terdapat 12 bank terbesar di Amerika Serikat yang mengontrol 22% dari kepemilikan lokal dari 14.500 bank (75%-nya berada di luar negeri). Kelompok Rockefeller mengontrol 16 bank dan berbagai perusahaan keuangan dengan kekayaan 121,8 Milyar Dollar Amerika Serikat. Di antara bank juga saling bunuh atau merger. Di Jepang, 20 bank memeiliki kekayaan 995,8 Milyar Dollar AS. Enam dari bank-bank tersebut memiliki kekayaan 554 Milyar Dollar AS. Di Amerika Serikat, 17 kelompok industri dan keuangan terbsar mengendalikan 420 korporasi besar. Di antara mereka terdapat 197 kelompok yang memiliki kekayaan 1 Milyar Dollar. Di Jepang, Kelompok “Modern Zaibatsu” memiliki 190 kelompok anggota (di antaranya Mitsubishi, Fuji, Sanwa, Sumitomo, Daichi, Kangyo, dan lain-lain). Mereka juga menguasai 8746 perusahaan lainnya.
Karena kapital uang dan oligarkhi keuangan, anggaran pengeluaran dari pemerintah Amerika Serikat sangat besar. Terutama untuk menjaga bonds. Di tahun 1981, pemerintah Amerika Serikat setiap harinya menjual 20 Milyar Dollar AS worth of bonds, 10 tahun kemudian naik menjadi 124 Milyar Dollar AS. Bonds memiliki bunga tinggi dan menjadi pendapatan yang tinggi untuk oligarkhi keuangan. Di IMF, Amerika Serikat mempunyai banyak hutang, tapi dia dapat menunggak pembayarannya karena menguasai lembaga tersebut.
b.Akibat dari Dominasi Kapital Uang dan Oligarkhi Keuangan
Akibat yang terjadi adalah:
.> Dominasi yang cepat dari bank-bank besar.
.> Intensifikasi karakter parasit dari Kapitalis Monopoli.
.> Penumpukan laba super yang semakin besar.
Bank menjadi pusat distribusi kapital uang ke berbagai negara (bahkan juga digunakan sebagai alat produksi). Denyut nadi kehidupan ekonomi masyarakat tergantung dari bank-bank besar dari praktek peribaannya. Parasitisme dari kapitalis monopoli dilakukan melalui spekulasi, perjanjian penanaman modal tanpa melibatkan diri dalam proses produksi. Mereka menerima untung yang berlebihan dari “pajak” yang dibayarkan oleh para kapitalis produksi untuk pembelian suatu produk atau dari bunga pinjaman. Laba super mereka dapat dari shares, bonds, commission dalam produksi dan penjualan.
c.Perubahan yang Terjadi di Negara Imperialis selama Kapitalisme Monopoli
Imperialisme tidak hanya busuk di lapngan ekonomi, tetapi juga di lapangan politik. Konsentrasi imperialisme pada kedua lapangan tersebut akan berjalan berbarengan, karena mereka juga “memerintah” negara lain. Kapitalis monopoli mempunyai kekuasaan terhadap pemerintah negera imperialis, mereka merubah karaktek pemerintah dari “perwakilan dari seluruh kapitalis” menjadi “wakil dari satu kekuatan kapitalis monopoli”. Mereka memegang kendali yang penuh atas segala segi suprastruktur di dalam masyarakat (politik, budaya dan alat-alat pelaksananya: pemerintahan dan media massa). Bantuan keuangan dari kapitalis monopoli adalah bantuan terpenting dan menentukan dalam kegiatan politik borjuis, misalnya: dana kampanye pemilihan. Bekas-bekas aparat militer dan birokrasi neegara borjuis yang melayani kapitalis monopoli ketika pensiun akan menjadi pejabat di lingkungan bisnis mereka. Bahkan sebelum menjabat mereka juga orang penting di dalam bisnis kapitalis monopoli (ingat all the president’s men di sekitar George W. Bush Jr. Presiden Amerika Serikat saat ini adalah pemegang posisi penting di industri minyak dan senjata). Sehingga status istimewa akan didapat dalam bisnis.
Kapitalis monopoli mempunyai asosiasi dalam berbgai industri yang memonitor kebijakan pemerintah sehingga dapat menguntungkan mereka. Kebijakan yang penting akan dibuat dan dilaksanakan oleh perwakilan mereka di pemerintahan (baik eksekutif ataupun legislatif). Kondisi ini yang akan merubah kapitalis monopoli menjadi kapitalis monopoli negara. Perang Dunia I mengintensifkan transformasikapitalis monopoli menjadi kapitalis monopoli negara. Contoh: Dominasi fascis di negara Italia, Jerman, dan Jepang. Di lain pihak, Amerika serikat dan Inggris mempunyai “new deal” atau perjanjian baru bagi kegiatan ekonomi di antara mereka karena tajamnya persaingan dan kontradiksi di antara mereka dalam industri militer. Sampai sekarang kontrak terhadap bisnis militer menjadi sumber laba super bagi kapitalis monopoli. Anggaran militer Amerika serikat setelah runtuhnya rezim revisionis modern di Uni Soviet adalah sebesar 250 Milyar Dollar AS (bandingkan dengan anggaran mereka pada saat perang dunia I yang sebesar 10 Milyar Dollar AS). Kompleks industri militer mereka akan selalu menginginkan perang, agar mereka selalu mendapat permintaan pembelian senjata.
Selama era imperialisme, negara memiliki peran penting dalam menarik laba super bagi kapitalis monopoli melalui kebijakan yang memudahkan mereka dalam bisnis di sistem kapitalis. Contoh: Bank Dunia mendikte kebijakan sebuah negara yang akan “dibantunya” sebagai “konsekuensi” dari “bantuan”. Cara yang dilakukan sekarang adalah melalui program “globalisasi”, mereka memindahkan krisis di negara imperialis kepada negara-negara terjajah atau setengah terjajah untuk menyelamatkan kapitalis monopoli. Penindasan terhadap rakyat di negeri jajahan atau setengah jajahan membuat banyak aksi-aksi perlawanan yang dilakukan oleh kelas proletar maupun Rakyat.
Setelah Perang Dunia Kedua, perekonomian di negara imperialis mengalami pertumbuhan yang cepat. Karena negara saingan mereka (kekuatan imperialis fascis pimpinan Jerman) mengalami kekalahan perang yang hebat dan menghancurkan sarana produksi mereka. Bahkan Amerika Serikat mempelopori kegiatan ekport surplus kapital ke negara-negara tersebut melalui Marshall Plan. Ini yang mendorong perkembangan besar dalam produksi kapitalis dari negara-negara imperialis pimpinan Amerika Serikat. Namun sebelum tahun 1970 pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat berhenti, karena anarkisme produksi yang mereka lakukan dan menajamnya kontradiksi antara kelas proletar dan borjuis di seluruh dunia. Jutaan buruh dipecat oleh para kapitalis untuk mengurangi biaya produksi dan tentu saja meningkatkan profit. Dari tahun 1990 sampai 1994
Dalam situasi tersebut, pajak yang dibayar rakyat juga bertambah karena negara harus menjaga keseimbangan ekonomi agar sumber kekuatan ekonomi mereka dari kapitalis monopoli dan imperialisme tidak hancur. Sangatlah bertentangan ketika Rakyat harus membayar pajak yang tinggi namun di saat bersamaan juga harus dibebani dengan naiknya biaya pelayanan publik dan sosial karena negara harus mengurangi subsidinya untuk sektor itu dan dialihkan pada bantuan penyehatan industri kapitalis monopoli. Penggunaan media massa, periklanan, dan budaya borjuis sebagai senjata ideologi kapitalis monopoli dimaksimalkan untuk menjinakkan buruh dan Rakyat. Isu yang lain seperti rasisme atau praktek neo-fascisme dari pendukung mereka meningkat untuk mengalihkan isu perjuangan kelas melawan imperialisme.
3. Ekspor Kapital
Selama era imperialisme ada polarisasi negara di dunia, yaitu: negara-negara kapitalis kaya yang diuntungkan dari penanaman modal dan meminjamkan hutang ke negara yang lain, dan negara-negara yang kekurangan modal, terjerat hutang, dan selalu mendapat penanaman modal langsung dari negara kapitalis kaya (jumlah negara-negara ini lebih besar).
Eksport kapital berkembang dari hasil akumulasi kapital. Agar tidak terjadi krisis over-produksi karena surplus kapital, maka mereka mengeksportnya ke luar negeri. Alasan utamanya adalah untuk memproteksi dan menambah pendapatan mereka dan rata-rata keuntungan. Sasaran dari eksport kapital adalah negara-negara yang terjajah dan setengah jajahan, ini adalah praktek baru dari kolonialisme atau disebut juga dengan neo-kolonialisme.
Sejak negara terjajah dan setengah terjajah sangat terbelakang dalam industri, mempunyai sedikit kapital, upah buruh yang murah, memiliki cadangan bahan mentah yang luas dan harga tanah yang murah, maka keuntungan dari penanaman modal dari eksport kapital akan didapat. Bentuk-bentuk dari eksport kapital adalah direct invesment atau penanaman kapital langsung (bentuk ini utamanya ditujukan di negara setengah jajahan), pinjaman hutang, bantuan strukturisasi industri manufaktur, bantuan (semacam hibah), dan lain-lain.
Bagaimana negara-negara imperialis menggunakan eksport kapital untuk menarik laba super? Statistik dari PBB menunjukkan bahwa padadekade 70-an dan 80-an Amerika Serikat mengalokasikan 72,6 Milyar Dollar untuk penanaman langsung di negara terjajah dan setengah jajahan (60% di antaranya di kawasan Asia Tenggara). Keuntungan yang didapat adalah 139,7 Milyar, atau dalam setiap 1 Dollar mereka mendapat keuntungan 1,2 Dollar. Untuk dekade selanjutnya total penanaman modal mreka bertambah menjadi 213,4 Milyar Dollar (157 Milyar untuk negara-negara berkembang dan 52,6 Milyar untuk negara-negara yang sama sekali terbelakang). Investasi Jepang ke luar negeri di tahun 1989 adalah sebesar 67,5 Miyar Dollar (terbesar dari semua negara imperialis di tahun itu). Total nilai dari investasi ke luar negeri mereka adalah 352,4 Milyar Dollar (nomor 2 setelah Amerika Serikat).
Keuntungan yang didapat oleh negara kaya dari investasi tidak dapat diketahui secara pasti karena mereka menggunakan transfer pricing atau imbal beli (terutama untuk industri minyak). Cara kerja sistem ini adalah bahan mentah dan produk dibeli oleh tambahan negara terbelakang dari perusahaan induk mempunyai harga yang lebih tinggi.
Bagaimana Imperialis mendapat keuntungan dari pinjaman dan bantuan? Mereka menggunakan pinjaman dan bantuan untuk mendikte kebijakan ekonomi dan politik dari negara terjajah atau setengah jajahan yang mereka beri kredit. Dari kontrak besar tersebut mereka akan membuka pasar untuk kepentingan produk mereka (liberalisasi).
Agar pemerintah bisa bayar hutang, mereka harus menurut sama imperialisme. Sejak krisis hutang dunia dimulai ada berbagai tahap yang dilakukan IMF untuk keluar dari krisis dan membayar hutang. Mereka membiarkan industri dan pelayanan sosial rusak dan dapat pendapatan dari export dan pekerja-pekerja migran. Mereka juga dapat pemasukan dari perusahaan kebijakan perusahaan pemerintah untuk membayar hutang.
Pada tahun 1984, jumlah yang mereka dapat dari negara-negara miskin (mayoritas dari bank komersial) sebanyak $ 20-30 juta. Kemudian total pembayaran dari dunia ketiga hampir 3 kali lipat dari total hutang yang mereka dapat untuk keluar dari krisis. Dalam dunia ketiga jumlah pengangguran sebanyak 1 milyar orang. Mereka hanya mendapat 98 cent perhari. Tahun 1990 jumlah pengangguran meningkat menjadi 1,3 milyar.
Hutang bisa berupa pinjaman kepada pemerinyah atau swasta, karena ada perjanjian bilateral, multilateral dengan negara atau intitusi. Hutang swasta punya bunga yang tinggi dan jangka waktu yang singkat.
-60% dari total pinjaman dari Jepang kepada negara-negara di Asia, kemudian sebagian besar pinjaman Jerman juga ke Timur, sedangkan pinjaman AS yang terbesar ke pemerintahan bonekanya (Israel, Mesir, Polandia (untuk urusan minyak)). Bagian terbesar dari pinjaman ini adalah bantuan sarana dan prasarana militer.
Mereka mengatakan bahwa tahun 1960 adalah dekade dari pembangunan,yang menghasilkan jurang yang luas antara negara kaya dan miskin. Dekade ini yang pemperburuk kesejahterahan, situasi dan kondisi. Hutang pemerintah di dalam 12 negara-negara Masyarakat Eropa (European Community) adalah $ 4.000 Milyar (1994),kemudian meningkat $ 4.900 Milyar (1995). Di negara kaya mereka memakai praktek monopoli untuk menghindari hutang itu. Banyak bank Jepang meminjamkan uangnya ke pemerintahan Amerika.
Bagaimana negara terbelakang dieksploitasi melalui perdagangan kolonial?
Eksport kapital menghasilkan penjualan yang sangat besar, aboundant dan bahan mentah yang murah dan makanan untuk menurunkan biaya produksi dan sehingga meningkatkan jumlah laba. Di samping investasi langsung , mereka juga mengeksport mesin dan alat produksi maju, maka negara Dunia Ketiga sangat tergantung. Ini adalah alasan mereka untuk membuka pasar bagi eksport industri dari negara imperialis. Monopoli imperialis untuk produk indusrti (mesin dan BBM siap pakai). Mereka membeli bahan mentah dari negara Dunia Ketiga. Negara miskin harus mengeksport jumlah besar komoditasnya untuk mengejar kualitas nilai eksportnya.
Menurut PBB harga eksport dalam negara importir, adalah : 1980-100, 1992-48 (harga barang import lebih mahal dari barang ekspotnya)à ini ratio harga di tahun 1992 kalau mau seimbang harus melipatgandakan jumlah eksport. Ratio yang tidak seimbang dari ekonomi perdagangan di negara miskin. Maka mereka selalu defisit (dan meningkat setiap tahun). Mereka harus menjual terus sumber daya alamnya.
Dari kenyataan ini kemunduran negara miskin adalah keuntungan bagi imperialime untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Jadi sulit bagi negara miskin untuk maju menjadi negara industri. Bagi Korea Selatan dan Taiwan menjadi negara industrial dengan alasan politik dari AS untuk melawan Korea Utara dan China (hanya menjadin dekorasi bagi imperialisme). Mereka adalah kapitalis yang tergantung, maka sekarang ketika tidak dibutuhkan jatuh juga. AS harus membantu mereka untuk mengeksport komoditas yang murah (kain,baju, dan lainnya). Mereka tergantung dalam teknologi dan pasar (Jepang/AS). Mereka (Korsel/Taiwan) tidak bisa menahan, karena pasar yang sempit. Teori kapitalis dependen gagal.
4. Pembagian Dunia di antara Negara-negara Kapitalis
Bagaimana konsentrasi kapital dan produksi terjadi di dunia ?
Dominasi monopoli yang secara terus menerus akan mengakibatkan konsentrasi kapital dan produksi. Kekayaan negara dihabiskan oleh beberapa negara imperialis. Monopoli internasional adalah satu dari karakterisktik imperialisme.
Sebelum PD II alatnya adalah organisasi atau perjanjian internasional. Setelah PD II, Multi-National Corporation (peruasahaan dari berbagai negara) dan Trans National Corporation (perusahaan lintas negara) adalah bentuk monopoli internasional. MNC adalah perusahaan yang dikendalikan dan berbasis di satu negara (AS, Jepang, Jerman, Uni Eropa). TNC adalah perusahaan dengan sistem manajemen membagi kepemilikan, penjualan, manager, dan pekerja, perusahaandipecah di berbagai negara. TNC muncul di Eropa, selama masa kapitalis monopoli ketika dua negara atau lebih muncul untuk melakukan persaingan dengan MNC dari AS,contohnya: 5 MNC terbesar atas produk konsumsi menguasai 70% pasar dunia. Lima MNC terbesar atas produk otomotif, pesawat, penerbangan, barang-barang elektronik dan baja menguasai 50% produksi. Lima MNC terbesar dalam industri minyak, komputer dan media massa memproduksi sebanyak 40% dari penjualan dunia.
MNC mulai mendominasi setelah PD II karena setelah perang, industri menurun dan AS hanya satu-satunya negara yang masih kuat sehingga terjadi akumulasi kapital yang cepat untuk kemudian memacu perkembangan teknologi di AS. Kapitalis monopoli mendapat keuntungan untuk memperoleh bahan mentah dan buruh murah di berbagai negara. Negara kapitalis monopoli bertanggungjawab terhadap bantuan pada MNC untuk melakukan ekspansi industrinya melalui bantuan resmi (pinjaman pemerintah).Misal: pemerintah AS jika memberi bantuan (bilateral/ multilateral) pada suatu negara akan selalu diikuti oleh MNC-nya.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari adanya konsentrasi kapital dan produksi dalam perkembangan dan hubungan antar negara:
1.Pembangunan yang tidak merata (uneven development) antar negara industri dan negara miskin.
Pada negara-negara miskin akibatnya: terjadi ekspolitasi secara terus menerus baik terhadap Rakyat maupun sumber daya alamnya,penurunan kesejahterahan karena bila terjadi krisis di negara imperialis dan para kapitalis monopoli memindahkannya ke negara terjajah atau setengah jajahan maka sektor pelayanan publik akan dipangkas pembiayaannya oleh pemerintah negara boneka,industrialisasi di negara tersebut terhambat.
Jurang ini yang akan membuat penindasan terjadi semakin menghebat di negara miskin. Kepentingan imperialisme akan bersinggungan dengan kepentingan kelas reaksioner di negara miskin (tuan tanah, borjuis komprador, dan kapitalis birokrat). Dalam kehidupan ekonomi negara tersebut, banyak kapital yang masuk dalam ke dalam hubungan produksi lama sewa tanah, laba perdagangan hasil pertanian lebih banyak menguntungkan borjuis komprador dan kapitalis birokrat yang menguasai distribusinya, dan praktek perdagangan tengkulakisme atau peribaan semakin merajalela. Sehingga imperialisme tetap melanggengkan sistem ekonomi lama (yaitu feodalisme atau setengah feodalisme).
Pembangunan yang sangat lambat dari negara miskin sangat berguna bagi imperialis. Mereka dipaksa untuk bergantung pada investasi asing, mesin, dan teknologi tinggi, dan juga harus memberikan bahan mentah dan buruh yang murah. Imperialis akan mendikte negara miskin untuk menjadi eksportir bahan mentah yang murah dan menjadi importir produk maju dari negara imperialis yang mahal. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dari pembangunan lokal di negara miskin. Oleh karena itu negara miskin tidak akan bisa mempunyai surplus dalam pendapatan negara.
Di berbagai negara persoalan ini meluas pada kelaparan karena sumber daya nasional disedot habis-habisan untuk membayar hutang, menutup defisit, dan lain-lain. 40 ribu anak di negara miskin mati karena klaparan, kurang gizi, dan malnutrisi. Bahkan di negara miskin juga harus mengeksport buruh migran yang murah. Kriminalitas dan prostitusi meningkat karena rendahnya produktivitas.
2. Pembangunan yang tidak merata di antara negara-negara imperialis.
Sentralisasi kapital dan produksi internasional memperhebat persaingan antar negara imperialis. Selama PD II, produksi industri AS meningkat, ketika negara imperialis yang lain colapse. Ini yang membuat dollar menjadi mata uang yang dominan dalam sistem keuangan internasional. Ketika kondisi perekonomian megara-negara Eropa Barat dan Jepang (pada dekade 70-an) bangkit, maka kompetisi dengan AS juga naik. Sekarang konfigurasinya tetap AS, Jepang dan Uni Eropa (mereka membuat benteng bersama, namun bukan berarti tidak ada kontradiksi di antara mereka. Peristiwa Agresi Militer Amerika Serikat di Iraq awal tahun 2003, nyaris mempertajam kontradiksi di antara mereka).
Walaupun AS menang dalam Perang Dingin, dia lemah dalam ekonomi, dia terjerat hutang dan defisit anggaran (karena konsentrasi di militer). Walaupun AS coba untuk memperkuat industrinya, dia tidak bisa melakukannya karena defisit anggaran, hutang dan rusaknya hubungan dengan aliansinya sejak dekade 70-an(terutama dengan negara-negara Eropa Barat non-Inggris).
Dari Eropa pun ada pembangunan yang tidak merata di negara imperialis. Unifikasi Jerman di tahun 1990 setelah runtuhnya Tembok Berlin, membuat mereka mempunyai kekuatan produksi dan pasar yang lebih besar dibandingkan negara lain. Situasi sekarang di Inggris sangat berbeda dengan dominasi sebelumnya pada pasar dunia di awal berkembangnya sistem kapitalisme di Eropa.
3. Persengkongkolan dan kontradiksi dalam scope international
Walaupun kapitalis monopoli internasional bersengkongkol melawan kelas proletar di seluruh dunia dan tetap tidak ada genjatan senjata. Konsentrasi kapital dan produksi di dunia tetap akan mengurangi jumlah kapitalis karena saling bunuh. Namun konsentrasi ini akan menambah kapital bagi kapitalis yang menang. Dan melalui kontradiksi ini, pembagian ekonomi dunia terjadi di kekuatan imperialis. “Kapitalis membagi dunia tanpa malice, tetapi sebelum mereka mencapai tingkat konsentrasi yang mendorong mereka untuk berlindung dalam kaitannya untuk memperoleh laba. Dan mereka membagi negara berdasarkan jumlah kapital, berdasarkan kekuatan. Sebelumnya tidak ada jalan untuk mendistribusikan hasil komoditas produk dan kapital. Tetapi kekuatan berubah menurut tingkat perkembangan ekonomi” (Lenin).
Karena tidak ada perlawanan dari negara sosialis, kekuatan imperialisme dengan mudah membagi dunia. Saat Perang Dingin imperialisme melawan habis-habisan. Walaupun mereka bersengkongkol, mereka juga berkompetisi dalam membagi-bagi kembali negara. Pembagian ini karena krisis over produksi dan mereka butuh pasar yang lebih luas. Ini yang membuat kompetisi tidak pernah berhenti. PBB, IMF, WB, G8, WTO, Uni Eropa merupakan persekongkolan multilateral dan menambah keuntungan mereka yang membawa kehancuran negara Dunia Ketiga. Di dalam agensi-agensi ini, kapitalis monopoli dari berbagai dunia bergabung. Tapi partisipasinya sesuai dengan kekuatan komparatif. Karena AS sangat kuat, maka secara relatif dia yang dominan. Dari sini pembagian dunia secara ekonomi diantara negara imperialis terjadi.
5. Pembagian Dunia di antara Kekuatan Besar
Bagaimana pembagian tersebut dilakukan?
Secara bersama-sama dengan konsentrasi menurut pembagian ekonomi dunia, hubungan di antara negara-negara dimunculkan menurut pembagian teritorial dunia dalam perjuangan untuk mempengaruhi, perjuangan untuk kolonialisasi dan neo-kolonialisasi. Selama masa imperialisme, pembangunan teknologi melaju yang membutuhkan wilayah yang lebih besar untuk meletakkan surplus kapital dan mendapatkan bahan mentah. Karena alasan itu, mereka mengintensifkan kebijakan kolonialisasi untuk mengontrolnya dan menjaga dari pesaingnya. Selama masa kompetisi bebas, kolonialisme diterapkan karena terdapat kondisi di mana masih banyak wilayah yang “kosong” di dunia. Selama era imperialisme, kekuatan imperialis sudah membagi dunia dengan total. Saat itu negara-negara di bagi menjadi 2, yaitu: pengeksploitasi dan yang di eksploitasi.
Setelah PD II, negara-negara sosialis tumbuh dan meluasnya gerakan pembebasan nasional di dunia. Maka kekuatan imperialis dunia menghapus penjajahan (kolonialisme lama) dan merubah menjadi neo-kolonial. Bagaimana mereka mengkontrol negara-negara miskin dalam cara neo-kolonialisme? Yaitu melalui operasi kapital uang (bank). Karena dia yang punya kekuatan terbesar di atas kekuatan ekonomi dan hubungan internasional. Walaupun era kolonialisme sudah lewat, tetap ada banyak jalan bagi imperialis untuk mengontrol. Diantaranya:
1)Melalui cara kriminalisasi. Pemerinyah yang melawan negara imperialis akan diblokade secara perdagangan, hutang, investasi,tindakan militer, subversi, spionase, propaganda, dll.
2)Mereka memperlakukan secara tidak adil dalam perjanjian multilateral/bilateral.
3)Meraka masuk dalam politik dalam negeri, mereka mendukung para pemimpin dari kelas reaksioner dalam negeri maupun partai politik yang menjadi representasi kelas tersebut.
4)Mereka mengontrol permintaan senjata dan tekhnologi militer dan melatih para perwira militer dari angkatan bersenjata pemerintahan boneka mereka atau kelas reaksioner.
5)Mereka memakai agensi regional dan internasional. Seperti misalnya: ASEAN, SEATO, dll.
6)Mereka menyerang rakyat dengan serangan kultural dan praktek ideologisasi borjuasi.
Imperialisme berarti perang dan persiapan untuk perang
Pembagian dunia secara ekonomi dan teritorial telah lengkap, tetapi kekuatan ekonomi dan politik negara imperialis berubah melalui pembangunan yang tidak merata mereka. Pembagian dunia yang ada hanya temporer.
Selama era imperialisme, satu kekuatan imperialis hanya dapat menguasai dengan menghancurkan kekuatan imperialis yang lain. Hasilnya adalah perang. Ketika kapitalisme masuk ke tingkatan imperialisme, telah terjadi dua Perang Dunia. Imperialisme juga memanipulasi perbedaan di antara negara kecil dan lemah untuk saling perang demi keuntungannya.
Kebanyakan kekuatan senjata imperialis diarahkan kepada gerakan pembebasan dan proletar. Hanya revolusi proletar yang dapat memberhentikan perang imperialis. Perang imperialis akan terus terjadi selama tidak ada gerakan Revolusi Proletariat Dunia.
Walau tidak ada perang, negara imperialis selalu siap untuk perang. Mereka menjaga tentara mereka untuk selalu siap berperang. Di lain pihak produksi senjata adalah bisnis yang menguntungkan bagi kapitalis monopoli. Bagi kapitalis monopoli, perang adalah sumber laba terbesar. Ini membuktikan bahwa imperialisme akan membusuk dan mengintensifkan kontradiksi pokok.